Beranda | Artikel
Bagaimana Salat Orang yang Lupa Wudhu? Syaikh Saad al-Khatslan #NasehatUlama
Jumat, 27 Januari 2023

“Apa hukum orang yang salat tanpa bersuci karena lupa?”
Ia wajib mengulangi wudhu, atau salat.
Ia wajib berwudhu terlebih dahulu dan mengulangi salatnya.

Mengapa ia tidak diberi uzur karena lupa dalam hal ini?
Kami katakan, karena ini dalam perkara meninggalkan yang diperintahkan.
Dalam hal meninggalkan sesuatu yang diperintahkan, tidak dapat diberi uzur, baik itu karena tidak tahu atau lupa.

Jadi, ia harus berwudhu dan mengulangi salat.
Lain halnya jika di pakaian atau badannya terdapat benda najis,
tapi ia lupa atau tidak tahu keberadaannya,
dan ia tidak mengetahuinya kecuali setelah selesai salat, maka salatnya tetap sah.

Karena meninggalkan hal najis termasuk dalam perkara meninggalkan yang dilarang.
Dalam hal meninggalkan perkara yang dilarang, dapat diberi uzur karena tidak tahu atau lupa.

Ini berlaku dalam seluruh jenis ibadah.
Sebagai contoh, dalam ibadah puasa.
Dalam ibadah puasa, jika seseorang makan atau minum karena lupa,
maka puasanya sah, karena ini dalam hal melakukan perkara yang dilarang,
ia diberi uzur karena tidak tahu atau lupa.

Namun, jika ia tidak berniat di malam hari untuk berpuasa besok
karena tidak tahu telah masuk bulan Ramadan,
maka ia wajib mengganti puasa hari tersebut, dan tidak mendapat uzur karena ketidaktahuannya.

Dalam haji, jika seseorang melakukan salah satu larangan ihram,
seperti memakai parfum karena lupa
atau menutup kepalanya karena lupa—jika ia laki-laki—
maka tidak mengapa baginya.

Atau ia melakukan itu karena tidak tahu.
Namun, jika orang itu—sebagai contoh—
meninggalkan salah satu kewajiban dalam haji,
seperti tidak menginap di Mina karena tidak tahu kewajiban itu atau lupa
maka ia wajib membayar dam (denda),

atau tidak melakukan lempar jumrah karena tidak tahu kewajiban itu atau lupa, maka ia wajib membayar dam.

Jadi, ini adalah kaidah yang berlaku secara umum dalam semua jenis ibadah:
(1) Dalam hal meninggalkan perkara yang diperintahkan, maka tidak diberi uzur, baik itu karena tidak tahu atau lupa.
(2) Adapun dalam hal melakukan perkara yang dilarang, maka mendapat uzur jika tidak tahu atau lupa.

====

مَا حُكْمُ مَنْ صَلَّى بِدُونِ طَهَارَةٍ نَاسِيًا؟

يَجِبُ عَلَيْهِ أَنْ يُعِيدَ الْوُضُوءَ أَوِ الصَّلَاةَ

يَجِبُ عَلَيْهِ أَنْ يَتَوَضَّأَ وَأَنْ يُعِيدَ الصَّلَاةَ

لِمَاذَا لَا يُعْذَرُ بِالنِّسْيَانِ فِي هَذِهِ الْحَالِ؟

نَقُولُ لِأَنَّ هَذَا مِنْ بَابِ تَرْكِ الْمَأْمُورِ

وَمَا كَانَ مِنْ بَابِ تَرْكِ الْمَأْمُورِ لَا يُعْذَرُ فِيْهِ بِالْجَهْلِ وَلَا بِالنِّسْيَانِ

فَلَا بُدَّ أَنْ يَتَوَضَّأَ وَأَنْ يُعِيدَ الصَّلَاةَ

بِخِلَافِ مَا لَوْ كَانَ عَلَى لِبَاسِهِ أَوْ بَدَنِهِ نَجَاسَةٌ

نَاسِيًا لَهَا أَوْ جَاهِلًا بِوُجُودِهَا

وَلَمْ يَعْلَمْ بِهَا إِلَّا بَعْدَ الصَّلَاةِ فَصَلَاتُهُ صَحِيحَةٌ

لِأَنَّ اجْتِنَابَ النَّجَاسَةِ مِنْ بَابِ تَرْكِ الْمَحْظُورِ

وَمَا كَانَ مِنْ بَابِ تَرْكِ الْمَحْظُورِ يُعْذَرُ فِيهِ بِالْجَهْلِ وَالنِّسْيَانِ

وَهَذَا مُطَّرِدٌ فِي الْعِبَادَاتِ كُلِّهَا

فَمَثَلًا عَلَى سَبِيلِ الْمِثَالِ فِي الصِّيَامِ

فِي الصِّيَامِ لَوْ أَكَلَ أَوْ شَرِبَ نَاسِيًا

صَوْمُهُ صَحِيحٌ لِأَنَّ هَذَا مِنْ بَابِ ارْتِكَابِ الْمَحْظُورِ

يُعْذَرُ فِيهِ بِالْجَهْلِ وَالنِّسْيَانِ

لَكِنْ لَوْ أَنَّهُ لَمْ يُبَيِّتِ النِّيَّةَ مِنَ اللَّيْلِ

جَاهِلًا بِدُخُولِ شَهْرِ رَمَضَانَ

يَجِبُ عَلَيْهِ قَضَاءَ ذَلِكَ الْيَوْمِ وَلَا يُعْذَرُ بِالْجَهْلِ

فِي الْحَجِّ لَوْ فَعَلَ مَحْظُورًا مِنْ مَحْظُورَاتِ الْإِحْرَامِ

تَطَيَّبَ نَاسِيًا

غَطَّى رَأْسَهُ نَاسِيًا إِذَا كَانَ رَجُلًا

فَلَيْسَ عَلَيْهِ شَيْءٌ

أَوْ جَاهِلًا

لَكِنْ لَوْ أَنَّهُ مَثَلًا

تَرَكَ وَاجِبًا مِنْ وَاجِبَاتِ الْحَجِّ

مَثَلًا لَمْ يَبِتْ بِمِنَى جَاهِلًا أَوْ نَاسِيًا

فَعَلَيْهِ دَمٌ

تَرَكَ الرَّمْيَ نَاسِيًا أَوْ جَاهِلًا فَعَلَيْهِ دَمٌ

فَإِذًا هَذِهِ قَاعِدَةٌ مُطَّرِدَةٌ فِي أَبْوَابِ الْعِبَادَاتِ كُلِّهَا

أَنَّ مَا كَانَ مِنْ بَابِ تَرْكِ الْمَأْمُورِ لَا يُعْذَرُ فِيهِ بِالْجَهْلِ وَلَا بِالنِّسْيَان

وَمَا كَانَ مِنْ بَابِ ارْتِكَابُ الْمَحْظُورِ يُعْذَرُ فِيهِ بِالْجَهْلِ وَالنِّسْيَانِ


Artikel asli: https://nasehat.net/bagaimana-salat-orang-yang-lupa-wudhu-syaikh-saad-al-khatslan-nasehatulama/